INFORMASI LIFESTYLE – Pernikahan putri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu Hayu dengan Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro seorang diplomat yang bekerja di sekretariat PBB, hari ini memasuki rangkaian hari ketiga, dimana terdapat tiga kegiatan yang harus dijalani oleh kedua mempelai, yaitu kirab pengantin, resepsi, dan pamitan. Kirab dimulai dari Keraton Yogyakarta menuju Gedung Kepatihan, yang merupakan pusat pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di Jalan Malioboro.
Kirab pengantin ini melibatkan 12 kereta kuda, 68 kuda, dan ratusan prajurit untuk mengantar mempelai dan kedua orang tua mempelai sampai ke pelaminan.Hayu dan Notonegoro terlihat sangat menawan dengan balutan Busana pengantin Jawa Jangan Meniran. Prosesi pernikahan Agung putri sultan ini terasa sangat semarak dan kental dengan budaya Jawa yang agung. Semenjak pagi, abdi dalem prajurit Patang Puluh dan Jagakarya bersiap di halaman Regol Keben. Mereka mengenakan pakaian prajurit lengkap. Kesatuan abdi dalem lainnya, Prajurit Wirobrojo, Daeng, Ketanggung, dan Mantrijero juga berbaris sejak pagi di Keraton.
Abdi dalem yang mengurus kereta, Punakwan Reh Kawedanan Hageng Wahana tampak gagah mengenakan pakaian kusir kereta. Mereka sejak pagi telah mempersiapkan kereta yang dinaiki pengantin putri Ratu Hayu selama kirab berlangsung.
Masing-masing kereta keraton punya nama. Urutan kereta keraton, adalah untuk paling depan Kereta Kanjeng Kyai Notopuro. Pada urutan kedua Kereta Kiai Jongwiat, disusul Kiai Rejopawoko, Rotobiru, dan Kiai Permili. Kirab ini juga diikuti Raja Puro Pakualaman, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam IX. Puro Pakualaman merupakan kadipaten (kerajaan kecil) otonom di dalam wilayah Keraton Yogyakarta.