Pages

Sunday, March 24, 2013

Kegelapan Seni Rahmat Subani

Perjalanan seni seorang Rahmat Subani yang mulai mengeksplorasi 'kegelapan' dan citra 'kegelapan', ia menggambarkan sebuah ruangan gelap tanpa sinar matahari. Mungkin terlalu mustahil, bagaimana sebuah ruang yang gelap atau mungkin keadaan malam hari dapat dilukis dan dituangkan dalam secarik kanvas?

Tapi hal itu tak mustahil bagi seniman Indonesia, Rahmat Subani semasa hidupnya mulai menunjukkan sebuah karya kesatuan pesan atau ide-ide. Dari berbagai karya yang sempat terpajang di Indonesian contemporary art gallery. Bagi sebagian besar orang, apa yang Rahmat Subani telah lakukan adalah sublimasi dan subversi sekaligus dalam sebuah karya seni. Ini amat menakjubkan, disaat alam semesta ini penuh warna dan lampu, ia justru merenungkan hal itu dari sudut pandang yang berbeda.

Warna hitam digunakannya untuk mewakili genesis (sebelum ada cahaya). Hal itu sama seperti ketika seseorang (apakah Rahmat Subani atau orang lain) mencoba untuk mengeksplorasi diam, untuk mendapatkan arti dasar dari kehidupan yang ada di balik kecemerlangan hidup? Sebenarnya kita hanya perlu sedikit cahaya. Keaslian dan keberadaannya tidak didapat dari lampu warna-warni. Sebaliknya, mereka dapat ditemukan di ruang gelap. Dalam gelap, ada kehidupan, cahaya, cara atau sudut pandang lain untuk dilihat.

Oleh karena itu, apa yang kita lihat dalam lukisan karya Rahmat Subani adalah lukisan gelap, dengan jumlah cahaya buatan (lampu dan obor atau kesetaraan. Meski tampak tidak disengaja, tapi yang paling penting tentang karya Rahmat Subani adalah bahwa mereka diciptakan dalam hati nurani yang mendasar.

Dalam karya awal seperti sebuah lukisan berjudul "The Night hidup" (1997), cahaya berasal dari rumah Jawa tradisional dan juga lampu yang bernama Oncor, dan semua tertuangkan di cakrawala dan kanvas. Sedangkan dalam karya-karya berikutnya, terutama tokoh perempuan, cahaya datang dari wajah. Tidak peduli di mana cahaya berasal dari, atau apa cahaya itu.